--> v

Pupuk Bersubsidi antara kebutuhan dan polemik


Pupuk merupakan kebutuhan pokok petani yang harus selalu ada dan disiapkan sebelum mereka turun ke lahan, bahkan beberapa petani selalu bertanya apakah pupuk tersedia atau tidak, mengingat beberapa tahun terakhir selalu terjadi kelangkaan pupuk pada saat musim puncuk kebutuhan pemakaian pupuk, sehingga tidak jarang banyak lahan pertanian yang tidak optimal dalam produksi dikarenakan kekurangan pupuk.
Bukan hanya setiap tahun, bahkan setiap musim beberapa daerah sering mengalami kelangkaan pupuk terutama pupuk jenis urea. 

banyak faktor yang menjadi penyebab kelangkaan ini diantaranya adalah :

  1. pemakaian pupuk urea di tingkat petani melebihi dosis anjuran. Dalam perhitungan subsidi pupuk, dosis pemupukan urea yang dianjurkan pemerintah hanya sebanyak 250 kg/ha, akan tetapi dalam prakteknya banyak petani menggunakan pupuk jenis ini berkisar 350-500 kg/ha. Penggunaan pupuk berlebih terjadi karena petani masih beranggapan bahwa pupuk urea merupakan pupuk pokok dan mutlak diperlukan, sementara pupuk lainnya seperti SP36 dan KCl hanya merupakan pupuk pelengkap (Adnyana dan Kariyasa, 2000). Sehingga seringkali dijumpai banyak petani yang tidak menggunakan pupuk KCl di samping karena harganya memang relatif mahal
  2. pemilikan lahan yang sempit (< 0.3 ha) juga menyebabkan penggunaan pupuk kalau dikonversi ke dalam satu hektar menjadi sangat tinggi
  3. tidak adanya ketepatan dalam menghitung luas pertanaman komoditas pangan (padi) Jumlah rencana kebutuhan pupuk yang ditetapkan Departemen Pertanian yang merupakan usulan Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten secara umum lebih rendah dari luas pertanaman sesungguhnya, sehingga jumlah permintaan pupuk selalu melebihi dari yang dialokasikan
  4. adanya ketidakdisiplinan petani dalam menentukan pola tanam. Sebagai contoh, pada daerah tertentu yang biasanya menanam padi dua kali, ketika begitu masih ada persediaan air yang mencukupi pada gadu dua (MK II) petani pada umumnya menanam padi lagi, sehingga terjadi lonjakan permintaan pupuk. Kebutuhan pupuk pada tanaman hortikultura juga sangat sulit untuk dihitung, mengingat jenis komoditas yang ditanam petani tidak pasti dan selalu berubah-ubah sesuai permintaan pasar
  5. terjadi penggunaan pupuk di tingkat petani untuk kebutuhan yang bukan bersubsidi
  6. Banyak terjadi penyimpang penggunaan pupuk bersubsidi untuk perkebunan-perkebunan besar.
Dengan adanya kelangkaan ini mendorong harga pupuk bersubsidi juga ikut naik bahkan melambung, dan biasanya akan banyak beredar pupuk non subsidi dengan kualitas yang buruk, ironisnya dengan kondisi seperti itu petani tetap menggunakan pupuk dengan kualitas rendah dan hasil yang tidak maksimal. 
Jika kita melihat kondisi dilapangan, terkadang jika terjadi kelangkaan petani rela membayar lebih demi mendapatkan pupuk, asalkan harga jual produk mereka terjamin dan dapat menutupi ongkos produksi mereka.
kelangkaan pupuk subsidi akan terus ada setiap musim, mungkin pemerintah perlu mengkaji kembali kebijakan pupuk bersubsidi ini, jika perlu subsidi pupuk dicabut tetapi dengan jaminan harga kamoditi pertanian yang stabil dan diatas angka kelayakan hidup petani, mungkin subsidi pupuk pertanian perlu dialihkan ke distribusi produksi sehingga menjamin harga di tingkat petani apabila produksi suatu daerah meningkat.

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Related Posts
Disqus Comments