--> v

Mengenal lebih jauh wereng jagung (Peregrinus Maidis Ashm,) Ancaman baru tanaman Jagung di Indonesia

Wereng Jagung (Peregrinus Maidis Ashm) adalah salah satu hama minor di tanaman jagung, namun keberadaan patut diwaspadai karena potensi kehilangan hasil yang disebabkan oleh serangan wwereng ini bias mencapai 70 %, hal ini disebabkan wereng ini menghisap cairan tanaman sehingga menyebabkan daun mengering dan bisa menyebabkan tanaman manjadi kerdil dan tidak menghasilkan tongkol yang sempurna selain itu hama ini juga diketahui sebagi vektor beberapa jenis virus diantaranya MMV (Maize Mosaic Rhabdovirus) dan MStV (Maize Tenui virus) , walaupun belum ada laporan tentang kerugian yang serius karena serangan hama ini karena umunya serangannya pada umur 47 - 73 HST yang mana telah melewati fase kritis tanaman jagung, sehingga kerugian yang disebabkan tidak terlalu signifikan
Melihat kondisi pertanaman jagung, terutama disentra-sentra produksi jagung yang pertaniannya monokultur bahkan beberapa daerah dapat melakukan penanaman tiga kali selama setahun , tidak menutup kemungkinan hama ini akan menjadi ancaman serius dimasa yang akan datang.
Menurut pengamatan kami dilapangan terutama di daerah Gorontalo yang petaninya hanya menanam satu jenis tanaman saja sepanjang tahun yaitu jagung, keberadaan hama ini sudah mulai terlihat dengan intensitas yang cukup tinggi, bahkan sudah mulai terlihat pada saat tanaman masih berumur 14 - 30 HST yang artinya jika populasinya meningkat bisa menyebabkan kerugian yang serius.


Dewasa
Nimfa
Nimfa



Morfologi

Siklus hidup wereng jagung 25 hari, masa telur 8 hari, telurnya berbentuk bulat panjang dan agak membengkok (seperti buah pisang), warna putih bening yang diletakkan pada jaringan pelepah daun secara terpisah atau berkelompok (Lilies 1991). Nimpa mengalami 5 instar, instar pertama berwarna kemerah-merahan kemudian berangsur-angsur berubah menjadi putih kekuning-kuningan. Disepanjang permukaan atas badannya terdapat bintik-bintik kecil berwarna coklat (Gabriel 1971). Instar pertama menyukai daun-daun yang baru tebuka, pelepah daun, kelopak daun dan bunga jantan yang masih muda dan lunak (Saranga 1980). Tubuh wereng dewasa berwarna kuning kecoklatan, sayap bening dan kedua mata berwarna hitam. Terdapat duri pada tibia belakang yang dapat berputar (Saranga dan Fachruddin 1978). Serangga dewasa ada yang mempunyai sayap panjang dan ada pula bersayap pendek. Mempunyai bintik pada ujung sayap dan bergaris kuning pada belakangnya. Sedangkan pada yang bersayap pendek mempunyai sayap transparan dengan bintik warna gelap. Keduanya mempunyai karakteristik dengan corak warna hitam dan putih pada bagian ventral abdomen (Kalshoven 1981). Berkembang pada musim hujan lebih dari 500 ekor pertanaman pada umur jagung ± 2 bulan, sedangkan pada musim kemarau populasi relatif rendah hanya 1 – 23 ekor pertanaman (Mantik dan Asmaniar 1994). Gejala serangan pada daun tampak bercak bergaris kuning, garis-garis pendek terputus-putus sampai bersambung terutama pada tulang daun kedua dan ketiga. Daun tampak bergaris kuning panjang, begitu pula pada pelepah daun. Pertumbuhan tanaman akan terhambat, menjadi kerdil, tanaman menjadi layu dan kering (hopper burn).
Gejala serangan di Pelepah
Gejala serangan di pelepah
Gejala serangan di Daun







Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Related Posts
Disqus Comments