--> v

Tantangan program APBN-P bidang pertanian tahun 2015

Tahun ini bisa dikatakan adalah tahunnya petani terutama untuk 3 komoditi utama yaitu Padi, Jagung dan Kedelai.
Ada banyak bantuan pemerintah untuk sektor ini yang dianggarkan dalam APBN-P 2015 dan terbesar dalam sejarah bangsa ini. dimana tahun ini sector pertanian mendapat kucuran dana sebanyak 32.7 Triliun
Dengan dana tersebut pemerintah menargetnya adanya peningkatan produksi agar Indonesia tidak perlu impor lagi terutama untuk komoditi padi, jagung dan kedelai, adapun target produksi yang akan dikejar tahun ini  adalah padi 79.95 Juta ton Gabah Kering Giling (GKG) Jagung 25,06 Juta Ton dan Kedelai 1.50 juta ton
Jika dibandingkan dengan tahun 2014 (ARAM II) dimana produksi padi hanya 70.6 Juta Ton GKG diharapkan ada peningkatan produksi sebesar 9.35  juta ton GKG (13%) , sedangkan produksi jagung tahun 2014 sebesar 19.13 juta ton atau naik sebesar 5.93 Juta Ton (31%)  dan kedelai sebesar 920 ribu ton atau naik sebesar 580 ribu ton (63%)
Jika kita membandingkan dengan luas areal masing-masing tanaman berdasarkan data BPS tahun 2014 dimana luas panen padi sebesar 13.79 juta Ha, jagung 3.83 juta ha dan kedelai 615 ribu ha, maka target produksi masing-masing komoditi tahun 2015 adalah padi 680 kg GKG/Ha, jagung 1.550 kg/Ha dan kedelai 940 kg/Ha, sebenarnya menurut analisa di lapangan angka ini tidak sulit untuk didapat, tanpa perlu perluasan areal pun sebenarnya angka ini bisa direalisasikan asalkan program intensifikasi pertanian lebih dimaksimalkan dan dikawal pelaksanaannya di lapangan.

Namun terlepas dari itu banyak sekali tantangan di lapangan yang dihadapi pemerintah, kami akan mencoba menguraikan beberapa tantangan yang terjadi di lapangan terkait dengan program ini.
  1. Berhubung ini berkaitan dengan dana yang sangat besar, perlu pengawasan yang sangat ekstra jangan sampai disalah gunakan, kami sangat yakin banyak sekali daerah yang kaget dengan bantuan yang sangat besar, kekhawatiran kami jangan sampai akan terjadi kasus seperti Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang mana banyak kepala sekolah yang terjerat kasus karena kaget melihat uang banyak
  2. sebagian besar wilayah Indonesia masih sangat tergantung oleh hujan, dimana walaupun daerah tersebut adalah daerah irigasi namun ketergantungan terhadap hujan masih sangat tinggi hal ini karena banyaknya saluran irigasi yang jebol sehingga debit air berkurang sebelum sampai di lahan petani, dan perlu waktu untuk perbaikan saluran irigasi, selain itu debit air sungai yang dibendung juga tergantung oleh hujan.
  3. Jika melihat keadaan sampai dengan hari ini, program APBN-P ini belum jalan sepenuhnya bahkan masih tarik ulur, bahkan beberapa daerah masih dalam prores pendataan baik data CPCL maupun data kelengkapan administrasi yang lain sehingga jika melihat kalender tanam satu musim tanam telah lewat. yang artinya kita hanya mengharapkan musim tanam terakhir tahun ini sekitar bulan oktober - Desember dan jika ini terjadi tentu produksi bukan lagi tahun 2015 tetapi telah masuk ke tahun 2016
  4. pengerjaan yang terkesan terburu-buru dan mendesak ini karena mengejar musim akan berdampak pada hasil karena kwalitas pengerjaan yang tidak maksimal terutama pada sarana dan prasarana penunjang, sehingga kemungkinannya banyak kegiatan yang terbengkalai, sebagai contoh perbaikan irigasi karena didesak oleh waktu dan musim sehingga bangunan saluran irigasi yang seharusnya belum siap digunakan akan dipaksa aliri air sehingga akan cepat rusak. itu adalah contoh kecil belum lagi pengadaan alsintan dan lain-lain
  5. akan banyak muncul penyagunaan anggaran dalam hal pendataan terutama kelompok tani siluman atau lahan siluman yang muncul karena setiap daerah dikejar kuota luas lahan sehingga perlu team verifikasi khusus, belum lagi petani/kelompok tani yang akan mendapatkan bantuan double dalam musim yang sama dengan program yang berbeda karena banyaknya program yang harus jalan tahun ini
  6. masalah serius yang harus dipikirkan pemerintah jika program ini berhasil adalah produksi akan melimpah, yang akan menampung hasil produksi tersebut siapa? apakah bulog memiliki gudang yang cukup jangan sampai komuditi ini nantinya akan terbengkai di lapangan karena harga yang anjlok terutama yang dari kawasan timur Indonesia yang jauh dari sentra pengolahan dan butuh biaya besar untuk mengangkut ke sentra-sentra pengolahan hasil bumi. saran kami harus melibatkan Investor/Swasta/eksportir dalam mengantisipasi hal ini, jangan sampai nanti kelabakan pada saat produksi tinggi yang ujung-ujungnya merugikan petani, jika perlu konsep tol laut segera dijalankan khusus untuk mengantisipasi hal ini
Itu hanya sebagian kecil tantangan yang akan dihadapi oleh pemerintah tugas kita adalah mengawasi dan mendukung program ini, bagaimanapun bagusnya sebuah konsep tanpa pengawasan hasilnya tidak akan maksimal

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Related Posts
Disqus Comments