--> v

Mengapa Indonesia masih selalu Import Beras?

Pelajaran sekolah dari SD sampai SMA mengatakan bahwa Indonesia adalah negara Agraris yang mayoritas penduduknya bekerja di sektor pertanian, dengan total luas panen sekitar 13 juta ha lahan sawah dengan produksi sekitar 70.9 juta ton GKG jumlah yang sangat besar, dimana produksi rata-rata adalah 5.45 ton/Ha, namun disisi lain Indonesia masih langganan Import beras
Kenapa hal ini bisa terjadi ?
konsumsi beras perkapita masyarakat Indonesia sekitar 130 kg/tahun/orang (Kompas,4/9/14) sedangkan penduduk Indonesia sekitar 250 juta orang, jika dirata-ratakan maka kebutuhan beras nasional pertahun adalah sekitar 32.5 juta
Jika mengacu pada produksi 2014 sekitar 70,9 juta ton GKG dengan rendemen sekitar 60% maka seharusnya ada ketersediaan beras sebesar 42.52 Juta ton yang artinya seharusnya dari tahun 2014 Indonesia sudah surplus sekitar 10 juta ton
Lantas kenapa tahun 2014 Indonesia masih import bahkan bulan-bulan terakhir tahun 2014 Indonesia masih impor beras sebanyak 45 ribu ton,
sebenarnya apa yang salah disini ?
apakah datanya tidak akurat?

jika tidak akurat, data mana? apakah produksi? atau jangan-jangan konsumsi beras perkapita kita bukan cuma 130 - 140 kg/tahun tapi lebih dari itu sehingga pemerintah masih perlu import.

Okelah... kita abaikan itu semua, kita menganggap bahwa data yang diperoleh dari BPS adalah benar nahhh sekarang kita harus mengkaji dari sisi mana pemerintah harus import beras?

karena jika melihat data yang ada seharusnya tahun 2015 Indonesia tidak pelu import beras lagi, tidak perlu menunggu sampai 3 tahun, tahun ini Indonesia tidak perlu import beras lagi,itu yang dikatakan oleh Menteri Pertanian Amran Sulaiman di Hotel penynsula Manado 27 Mei 2015 lalu.
dan saya sangat sependapat dengan hal itu.

Tabel perbandingan kebutuhan beras dan produksi nasional tahun 2014 (data BPS 2015)



Berdasarkan data diatas kita bisa menarik beberapa kesimpulan diantaranya :
  1. Jika melihat tabel di atas apabila rendemen GKG kita masih 50%, Indonesia tidak perlu impor cukup memaksimalkan distribusi antar pulau, dan jika melihat data di atas kekurangan produksi terjadi di pulau jawa dan nusa tenggara dan bisa ditutupi oleh surplus produksi dari Pulau Sulawesi. Saya kira pengaturan distribusi akan menyelesaikan masalah ini.
  2. yang perlu dilakukan pemerintah selain peningkatan produksi adalah peningkatan mutu gabah sehingga hasil rendemen bisa mencapai 60 % bahkan beberapa penelitian di lapangan peningkatan Rendemen bisa di maksimalkan menjadi 70 - 75 %
  3. Program intensifikasi pertanian dengan fokus peningkatan rendemen adalah salah satu cara dalam mengatasi defisit produksi beras, sehingga Indonesia tidak pelu lagi impor
  4. Dalam hal peningkatan rendemen perlu pembinaan dalam hal paska panen ke petani selain itu pembinaan terhadap penggilingan padi juga perlu ditingkatkan untuk mengurangi loss pada saat pejemuran, penggilingan bahkan pengemasan
  5. Jika mengacu pada data di BPS seharusnya Indonesia tidak perlu impor beras, bahkan bisa menjadi negara pengespor beras, tapi pada kenyataannya sampai akhir tahun 2014 Indonesia masih saja impor beras.
Jangan-jangan di sektor pangan ini banyak juga mafia-mafia yang mengendalikan distribusi beras Nasional sehingga negara kita harus selalu mengeluarkan cost yang lebih untuk import
wallahu allam

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Related Posts
Disqus Comments