Menurut data kementan tahun 2015 merupakan titik balik industrik bawang merah Indonesia dimana ekspor bawang merah Indonesia melonjak 219% dari 4.439 ton pada 2014 menjadi 14.149 ton di 2015. Kemudian impor bawang merah menurun 82%, dari 87.526 ton pada 2014 menjadi 15.769 ton pada 2015.
Produksi bawang merah nasional surplus 318.325 ton. Berdasarkan data Kementerian Pertanian (Kementan), produksi bawang merah tahun lalu mencapai 1,265 juta ton, sedangkan kebutuhan hanya 947.385 ton. "Produksi bawang merah kita surplus tahun lalu dan semoga tahun ini bisa dipertahankan atau bahkan di tingkatkan sehingga Indonesia bisa menjadi negara pengekspor bawang merah
Tapi mengapa Indonesia masih mengimpor bawang merah?
Menurut Menteri pertanian Amran Sulaiman, anomali tersebut terjadi karena masalah di tata niaga. Pasokan bawang merah tidak stabil meski produksi secara total surplus. Untuk mengatasi masalah tersebut, pihaknya meminta Perum Bulog mengintervensi pasar bawang merah.
Bulog diminta membeli bawang merah dari petani dengan harga layak, menyimpan stok bawang merah, dan menggelontorkan stok tersebut saat pasokan di pasar menipis. Dengan begitu, kekurangan pasokan di bulan-bulan tertentu tak perlu dipenuhi dari impor.
"Kembali lagi masalah supply chain. Tata niaganya harus kita benahi. Saya koordinasi dengan Kemendag dan Bulog. Bulog harus diperkuat," cetusnya.
Peran Bulog sebagai stabilisator bawang merah, sambungnya, sudah mulai coba dilakukan sejak tahun 2015 lalu ketika harga bawang merah merangkak naik menjelang lebaran. "Tahun lalu Bulog sudah mulai beli bawang merah dari petani," tutupnya.
Ini merupakan berita bagus buat petani-petani bawang disentra-sentra produksi untuk lebih giat dalam memproduksi bawang merah, dengan jaminan harga yang diberikan pemerintah lewat bulog diharapkan tidak terjadi lagi fluktuasi harga, terutama ketika produksi melimpah.